Consultasi Audio, Sound system

Tanya Jawab seputar Audio, Sound System dan Komputer Contact Person Sms : 085649970265 PIN : 741EF9BD

Friday, March 15, 2013

ANALISIS PENDAPATAN PENGUSAHA AYAM POTONG (Studi Kasus Kota )

ANALISIS PENDAPATAN PENGUSAHA AYAM POTONG  (Studi Kasus Kota )  
Seiring dengan makin meningkatnya jumlah pendapatan penduduk
Indonesia maka semakin meningkat pula kebutuhan bahan makanan, termasuk
bahan makanan yang berasal dari hewan terutama daging. Salah satu jenis
ternak yang yang menjadi sumber utama penghasil daging adalah ayam di
mana pemeliharaan dan konsumsi sudah menyebar di seluruh Indonesia, di
samping itu, beberapa kelebihan yang dimiliki ayam sebagai bahan konsumsi
telah menyebabkan terdapatnya preferensi yang tinggi dari masyarakat
terhadap daging ayam potong. Di DKI  Jakarta saja, kebutuhan ayam potong
mencapai 1,5 juta ekor per hari. Sementara di Tanah Air kebutuhan ayam
potong diperkirakan mencapai tiga juta  sampai lima juta ekor per hari.(Tim
Liputan 6 SCTV, Dusta Pedagang Atam Potong, Diambil 2 Mei 2007, dari
http://www.Liputan6.com). Komoditas unggas mempunyai prospek pasar
yang baik karena didukung oleh karakteristik produk unggas yang dapat
diterima oleh masyarakat Indonesia yang sebagian besar muslim, harga yang
relatif murah dengan akses yang mudah karena sudah merupakan barang
publik dan merupakan pendorong utama penyediaan protein hewani nasional.
Namun dewasa ini terdapat beberapa permasalahan yang menghambat
usaha daging ayam potong di Indonesia. Beberapa masalah tersebut adalah
merebaknya kasus flu burung pada pertengahan 1997 dan kenaikan BBM yang
mencapai 100% pada akhir 2005.
Penyakit flu burung atau flu unggas (Bird Flu, Avian Influenza) adalah
suatu penyakit menular yang disebabkan  oleh virus influenza tipe A dan
ditularkan oleh unggas. Penyakit flu burung yang disebabkan oleh virus avian
infuenza jenis H5N1 pada unggas dikonfirmasikan telah terjadi di Republik
Korea, Vietnam, Jepang, Thailand, Kamboja, Taiwan, Laos, China, Indonesia
dan Pakistan. Sumber virus diduga  berasal dari migrasi burung dan
transportasi unggas yang terinfeksi.
Pada Januari 2004, di beberapa propinsi di Indonesia terutama Bali,
Botabek, Jawa Timur, Jawa Tengah, Kalimantan Barat dan Jawa Barat
dilaporkan adanya kasus kematian ayam ternak yang luar biasa. Awalnya
kematian tersebut disebabkan oleh karena virus new castle, namun konfirmasi
terakhir oleh Departemen Pertanian disebabkan oleh virus flu burung (Avian
influenza (AI)). Jumlah unggas yang mati akibat wabah penyakit flu burung di
10 propinsi di Indonesia sangat besar yaitu 3.842.275 ekor (4,77%) dan yang
paling tinggi jumlah kematiannya adalah propinsi Jawa Barat dengan kematian
1.541.427 ekor.
Flu burung pada mulanya hanya menyerang burung sampai pada
tahun 1997 di Hongkong, 18 orang tertular dan 6 di antaranya meninggal
dunia. Pada Januari 2004 virus ini telah menyebar hampir ke seluruh kawasan
Asia dan ditemukan di Indonesia pada Februari 2004. Hingga 28 Januari 2008
Departemen Kesehatan RI telah mencatat 124 kasus dengan 100 kematian
pada manusia yang disebabkan virus  flu burung dengan rincian sebagai
berikut :

Di Kota Jakarta Selatan, upaya pencegahan dilakukan dengan
melarang warga untuk memelihara unggas-unggas tanpa sertifikat. Bagi
mereka yang melanggar akan dikenakan sanksi kurungan penjara 3 bulan dan
denda maksimal 50 juta rupiah. 
Beberapa kasus di Kota Jakarta Selatan yang berhubungan dengan
flu burung di antaranya adalah pada 16 februari 2006 seorang warga
meninggal di Kebayoran Baru yang merupakan korban meninggal ke delapan
akibat flu burung di Jakarta Selatan, kemudian hal tersebut ditindak lanjuti
dengan merazia rumah-rumah penduduk di Kel.Pondok Pinang oleh para
aparat kota dan ditemukan 1500 unggas yang kemudian didepopulasi pada 4
Maret 2008. Kebun Raya Ragunan juga pernah ditutup beberapa hari untuk
memeriksa kesehatan hewan terutama unggas.

Flu burung telah mengakibatkan banyak pengusaha daging ayam
mulai dari peternak sampai penjual gulung tikar karena masyarakat menjadi
takut untuk mengkonsumsi daging ayam. Menurut data terdapat lebih dari 600
pangkalan ayam, 1200 rumah potong, dan ribuan pedagang daging ayam yang
tersebar di seluruh pasar tradisional  di Jakarta terancam gulung tikar karena
secara rata – rata, total kebutuhan daging ayam di Jakarta adalah 500 ribu
hingga 600 ribu ekor perhari, setelah kasus flu burung mencuat, permintaan itu
menurun 60% ( Kompas 28 Juli 2005).  Penjualan ayam potong di pasar
tradisional Pasar Minggu Jakarta Selatan juga turun 25-50 persen  
Pada tanggal 1 Oktober 2005 pemerintah menaikkan harga Bahan
Bakar Minyak (BBM). Harga bensin jenis premium yang semula Rp 2.400,00
naik menjadi Rp 4.500,00/liter dan solar yang sebelumnya Rp 2.100,00 naik
menjadi Rp 4.300,00/liter. Secara langsung kenaikan harga BBM tersebut
akan menaikkan beban biaya transportasi hingga 100%. Kenaikan tersebut
tertuang dalam Peraturan Presiden No. 55/2005 tentang Kenaikan Harga Jual
Eceran BBM Dalam Negeri, tertanggal 30 September 2005.

selengkapnya hub. 085649970265

No comments:

Post a Comment